Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini
disebabkan oleh hipoksia kehamilan, persalinan atau segera setalah bayi lahir
(Aminullah, 2005). Umumnya asfiksia
neonatorum merupakan kelanjutan dari
hipoksia/anoksia janin. Asfiksia neonatorum ditentukan dengan nilai APGAR, yang dinilai dari 0 sampai 10. Penilaian dilakukan menit ke 1 dan menit ke 5 sesudah lahir. Bersanya nilai merupakan hasil penjumlahan dari penilaian ke-5 tanda-tanda vital yaitu : denyut janting, pernafasan, tonus otot, refleks dan warna kulit (Depkes RI, 2011).
hipoksia/anoksia janin. Asfiksia neonatorum ditentukan dengan nilai APGAR, yang dinilai dari 0 sampai 10. Penilaian dilakukan menit ke 1 dan menit ke 5 sesudah lahir. Bersanya nilai merupakan hasil penjumlahan dari penilaian ke-5 tanda-tanda vital yaitu : denyut janting, pernafasan, tonus otot, refleks dan warna kulit (Depkes RI, 2011).
Proses kelahiran selalu
menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara. Proses ini dianggap sangat
perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan sehingga terjadi “primary
gasping” yang akan berlanjut dengan pernafasan teratur. Kegagalan pernafasan
mengakibatkan berkurangnya oksigen dan meningkatnya karbon dioksida diikuti
dengan respiratorik asidosis. Apabila proses berlanjut maka metabolisme sel
berlangsung dalam suasana anaerobik yang berupa glikosis glikogen sehingga
sumber glikogen terutama pada jantung dan hati berkurang dan asam organik yang
terjadi menyebabkan metabolik asidosis. Menurut Gomella (1999) jika berlanjut pada
tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan
beberapa keadaan diantaranya (Depkes RI, 2008) :
1.
Hilangnya
sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung
2.
Terjadinya
asidosis metabolik mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung
sehingga menimbulkan kelehaman jantung
3.
Pengisian
udara alveolus kurang adekuat menyebabkan tetap tingginya resistensi pembuluh
darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru, dan sistem sirkulasi tubuh lain
mengalami gangguan
Cara yang dianggap paling
ideal untuk menentukan derajat asfiksia adalah menggunakan metode penilaian
klinik yang diusulkan oleh Virginia Apgar (1953) dengan memperhitungkan nilai
APGAR pada bayi baru lahir. Nilai APGAR berhubungan erat dengan perubahan
keseimbangan asam-basa dan dapat memberikan gambaran beratnya perubahan
kardiovaskuler. Penilaian meliputi nilai 0 – 1 – 2 untuk penilaian fungsi alat
vital yaitu warna kulit, pernafasan, denyut jantung dan penilaian oksigenisasi
susunan saraf pusat yaitu tonus otot dan reflek rangsangan. Penilaian APGAR
dilakukan setelah bayi baru lahir lengkap dan jalan nafas telah bersih (Depkes
RI, 2008).
Tabel
2.1 Diagnosa Asphyxia
neonatorum pada Bayi Baru Lahir Ditegakkan dengan Menetapkan Nilai Apgar
Neonatus yang Diperkenalkan Dr. Virginia Apgar pada tahun 1953
Tanda-tanda Vital
|
Nilai = 0
|
Nilai = 1
|
Nilai = 2
|
A. Appearance (warna kulit)
|
Pucat atau biru seluruh
tubuh
|
Badan merah ekstremitas
biru
|
Seluruh tubuh kemerahan
|
P. Pulse (frekuensi denyut jantung)
|
Tidak ada
|
<100x/mnt
|
>100x/mnt
|
G. Griance (reflek)
|
Tidak ada respon
|
Sedikit gerakan
|
Menangis kuat
|
A. Activity (tonus otot)
|
Lumpuh
|
Ekstremitas fleksi sedikit
|
Gerakan aktif
|
R. Respiration (pernafasan)
|
Tidak ada
|
Lemah/tidak teratur
|
Baik dan teratur
|
Sumber : Virginia Apgar, 1953 dalam Depkes RI, 2008.
Penilaian status klinik
digunakan penilaian Apgar untuk menentukan keadaan bayi pada menit ke 1 dan ke
5 sesudah lahir. Nilai pada menit pertama untuk menentukan seberapa jauh
diperlukan tindakan resusitasi. Nilai ini berkaitan dengan keadaan asidosis dan
kelangsungan hidup. Nilai pada menit kelima untuk menilai prognosis neurologik
(Marjono AB, 2008)
Angka ditetapkan pada menit
ke 1 setelah bayi lahir berhubungan erat dengan pH arteri, merupakan indeks
adanya asfiksia, sedangkan angka yang didapat pada menit ke 5 setelah bayi
lahir merupakan indeks yang lebih tepat tentang kemungkinan kematian bayi atau
sekuele neuorologik (Oswari, 2010).
Kekecualiaan pada interpreasi
nilai Apgar yaitu pada bayi berat lahir sangat rendah (berat lahir kurang dari
1500 gram) dan masa gestasi kurang dari 32 minggu. Bayi ini mempunyai nilai Apgar
lebih rendah tetapi tidak menderita asfiksia karena bayi memiliki pernafasan
yang belum teratur, warna kulit pucar, tonus otot dan refleks masih lemah. Atas
dasar penilaian klinis, asfiksia neonatorum dapat dibedakan atas (Biddulph J, 2003)
:
1.
Vigorous baby : nilai Apgar 7 – 10, bayi
dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa
2.
Mild moderate asphyxia (asfiksia sedang) : nilai Apgar
4 – 6, pada pemeriksaan fisik terlihat frekuensi jantung lebih 100 per menit,
tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada
3.
Asfiksia
berat : nilai Apgar 0 – 3, pada pemeriksaan fisik terlihat frekuensi jantung
kurang 100 /menit, tonus otot buruk, sianosis berat, kadang-kadang pucat,
refleks iritabilitas tidak ada
Asfiksia neonatorum merupakan
salah satu penyebab terjadinya kematian bayi pada masa neonatal (Depkes RI, 2008).
Asfiksia pada bayi dapat memberi gambaran terhadap adanya gangguan kesehatan
ibu selama masa kehamilan dan dapat juga memberi indikasi terhadap terjadinya
komplikasi kehamilan. Rendahnya perhatian terhadap kesehatan ibu selama masa
kehamilannya akan berdampak pada gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan.
Keadaan ini akan memberi dampak terhadap kejadian asfiksia pada bayi. Rendahnya
cakupan pemeriksaan kehamilan pada pelayanan antenatal juga turut andil
terhadap rendahnya penanganan segera terhadap kejadian asfiksia dan kemungkinan
komplikasi kehamilan dan persalinan (Depkes RI, 1994).
Daftar Pustaka
Biddulph
J, Stace J. 2003. Gangguan-Gangguan Bayi
Baru Lahir. Kesehatan Anak Edisi Bahasa Indonesia. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Oswari. 2010.
Penyakit dan Penanggulangannya. Edisi
Revisi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Depkes
RI. 2008. Pencegahan dan Penatalaksanaan
Asfiksia Neonatorum. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.
Depkes
RI. 1994. Buku Pedoman Pelayanan Upaya
Kesehatan Perinatal di Wilayah Puskesmas. Dirjen Binkesmas. Jakarta.
Depkes
RI. 2011. Manajemen Asfiksia Bayi Baru
Lahir Untuk Bidan. Direktorat
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Kementrian Kesehatan RI.
Jakarta.
Marjono
AB. 2008. Resusitasi dan Perawatan
Intensif Neonatus. FKUI. Jakarta.
ARTIKEL TERKAIT: